Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Aku Paling Suka Saat Muridku...

Aku paling suka saat muridku patuh dan mengerjakan tugas dariku tanpa mengeluh. Namun aku paling bersedih saat mereka mengeluh dan menyerah pada palajaranku. Aku paling suka saat mereka bertanya dan antusias mendengar ceritaku tentang hal yang kuajarkan. Namun aku paling tidak suka saat mereka bertanya hal yang diluar konteks pembelajaran di saat yang tidak tepat. Aku paling bahagia saat mendengar mereka mengatakan “Aku ingin belajar sama Ustadzah!” “Ustadzah kapan kita bisa belajar lagi?”. Namun aku paling bersedih kalau mereka tidak antusias atau tertidur saat jam pelajaran ku. Namun, yang paling paliiing aku sukai dari muridku adalah… bukan nilai yang besar saat mereka ulangan, tapi momen-momen bahagia yang membuat ku tertawa karena tingkah polah mereka. Pernah suatu hari… aku sedang mengajar kelas 8 di gedung SMP lantai 2. Tiba-tiba, segerombol anak-anak didik ku berlarian dari kelasnya di lantai 3 kemudian mengetuk pintu kelas dan memanggilku dengan panik. “Ustadzah Ha

Setelah Menjadi Guru Aku Paham Bahwa...

Memperingati hari guru, saya jadi teringat guru-guru yang terkenang di memori semasa bersekolah... Semasa SMA dulu, saya menyewa (atau ngekos ) di rumah guru Matematika kami, Ibu Dwi namanya.  Sering kami diajari Matematika oleh beliau kalau tidak paham pelajaran di sekolah. 😊Ketika saya naik kelas 2, Ibu Dwi pensiun dari pekerjaan nya menjadi guru di sekolah kami. Namun yang saya kenang, Ibu Dwi tidak pernah menghentikan fungsi dirinya sebagai guru dimana pun beliau berada.  Dari Ibu Dwi saya belajar, untuk menjadi lebih disiplin. Kalau tidak mau kena teguran dari beliau, maka kami harus disiplin, baik itu mematikan air keran, mematikan lampu kalau tidak digunakan, dan sebagainya. Meskipun saya masih banyak ngeyel nya dahulu dan sering kena tegur karena masih sering lupa. Namun, akhirnya lama-lama jadi terbiasa mematikan lampu kalau tidak digunakan, memerhatikan keran air kalau sudah penuh. Di bangku kuliah pun saya kembali ngekos namun kali ini lokasinya di Kota Yogyakarta,

Lihatlah Orang yang Kau Cintai

"Cinta bukan hanya berdua-dua an, seperti yang kau lihat di sinetron masa kini. Lihatlah ayah ibumu yang peluh keringat untukmu, itulah cinta. Lihatlah saudara saudarimu yang penuh kasih sayang menjagamu, itulah cinta. Lihatlah kawan-kawan seperjuangan mu, yang setia menemani hidupmu, itulah cinta. Lihatlah lebih dalam,  Lihatlah orang yang kau cintai.…" Pernahkah kamu merasa, sebuah energi yang luar biasa muncul dari dirimu ketika berjuang untuk yang sangat berharga untukmu? Penahkah kamu berikhtiar sesungguh-sungguhnya disebabkan kamu tidak mau mengecewakan orang yang kamu cintai? Pernahkah kamu berdiri tegak untuk menjalankan amanah, walau sesungguhnya kamu tidak merasa sanggup, namun karena sebuah tanggung jawab kamu merasakan semangat itu mengalir dan menguatkanmu? Kalau pernah, maka selamat, telah mencicipi manisnya berjuang untuk orang yang kau cintai di hidupmu. Siapa yang tidak sayang sama bapak ibunya? Yang demi merekalah kita rela jauh-jauh menuntut

Aku Ingin Mendengar Mu ya Rabbi

- kegelisahan- "Aku tidak pernah kecewa dalam berdo'a. Saat berdo'a, saat itulah Allah mendengar kita. Tapi manakah yang lebih tinggi, saat Allah mendengar kita atau saat kita mendengar Kalimatullah? Aku ingin mendengarMu... ya Rabbi" Selalu, dalam letih, dalam sedih, dalam bahagia, dalam segala hal yang dilalui, tak pernah kosong daftar absensi untuk melaporkan nya kepada Allah, Yang Maha Memberi Kehidupan. Istilah nya, kita ini hanya dipinjami, dan besok pasti ditagih kembali. Apa yang pun yang ditakdirkan Allah untuk dilalui, harus dilaui. Kemudian bagaimana melaluinya, maka itulah pilihan. Hanya saja, Allah sudah tuliskan jalan hidup setiap anak manusia. Dan kita pasti diarahkan menuju takdir yang Allah tetapkan. Duhai, hidup ini, betapa indahnya kalau dilalui dengan mengharap hanya pada Allah. Qadarullah. Meyakini ketetapan Allah dengan seyakin yakin nya. Seorang berilmu berkata, badai yang menerjang pohon bukan untuk meruntuhkan nya, tapi untuk mengajari

Niat dan Jawaban

Kita hidup dalam kemungkinan kemungkinan. Dan tentunya tidak ada yang tahu, akan kepastian masa depan. Namun, setiap manusia diwajibkan untuk berikhtiar sebaik-baiknya. Dan Allah akan menjadi penentunya. Tidak ada yang terjadi di dalam hidup kita sekarang ini melainkan atas campur tangan Allah, yang Maha Kuasa. Terkadang, aku merasa gemas terhadap takdir Allah. Hanya kusebut keinginanku dalam hati, tiba-tiba yang kupanjatkan menjadi nyata. Mungkin memang benar kata umi, bahwa kita tidak pernah tau Qadar apa yang ditetapkan Allah untuk kita, tapi adalah kewajiban kita sebagai seorang Hamba untuk menjemput takdir baiknya. Baik lewat do’a maupun melalui ikhtiar-ikhtiar kita. Terkadang dalam sebuah titik kehidupan dan merasa Lelah aku berkata dalam batinku, “Ya Allah, kuserahkan sisanya padaMu, sungguh Engkaulah sebaik-baik perencana”. Dan sungguh, tidak pernah rasanya kecewa saat aku memberikan seluruhnya kepada Allah. Suatu hari saya pergi ke toko buku. Ternyata, ada acara beda

Sinyal Kebaikan

"Untuk Mba Halimah, Tetap semangat, meski kita belum dilihat" - K. Mubarokah, Penulis buku Muslimah Anti Baper "Untuk Halimah, Jagalah orang yang kita cintai dari ketidakmampuan kita menjaga diri" -Kurniawan Gunadi, Penulis Hujan Matahari Tidak ada nilai mutlak untuk balasan sebuah kebaikan. Kebaikan itu layaknya kotak penuh misteri, entah akan dibalas langsung oleh orang itu, atau di balas melalui kebaikan orang lain atau bahkan balasan kebaikan itu disimpan di akhirat kelak oleh Allah. Yang pasti, nama nya sebuah kebaikan akan berbalas kebaikan pula. Entah dalam bentuk apa, kapan dan dimana. Segala kebaikan bersumber dari suatu sumber yang infinite. Itulah Allah, Rabb kita Yang Maha Baik, yang kebaikan Nya tiada batasnya. Apa pun bentuk kebaikan yang kita punyai sekarang adalah dari Allah, dan disampaikan oleh Nya melalui sinyal-sinyal kebaikan dalam banyak bentuk. Mba Mubarokah berpesan untuk saya dalam sebuah catatan di buku yang ia tulis, bahwa kita harus tetap

Secangkir Teh yang Kemanisan dan Kopi yang Pahit

'Dimanapun kelembutan itu berada, ia akan menghiasi tempat itu. Kelembutan tutur kata, senyuman tulus di bibir, dan sapaan-sapaan hangat yang terpuji saat bersua merupakan hiasan-hiasan yang selalu dikenakan oleh orang-orang mulia. Semua itu merupakan sifat seorang mukmin yang akan menjadikannya seperti seekor lebah ; makan dari makanan yang baik dan menghasilkan madu yang baik. Dan bila hinggap pada setangkai bunga, ia tidak pernah merusaknya. Semua itu terjadi karena Allah menganugerahkan pada kelembutan sesuatu yang tidak Dia berikan kepada kekerasan" (La Tahzan , Jangan bersedih - Karya Syaikh Dr.'Aidh al-Qarni,hal.27) Tidak dapat kita pungkiri apa pun yang kita lewati di dunia ini, tidak pernah lepas dari kuasa dan Ridha Allah dalam setiap prosesnya. Baik buruk, rendah tinggi, naik turun kehidupan, itulah yang mebuat hidup itu menjadi kehidupan. Pernah tidak minum secangkir teh yang kebanyakan gula? Manis nya terlalu menyeruak di lidah, maniiis sekali dan cenderu

Anak Perempuan Ayah

Anak perempuan ayah haruslah menjadi anak perempuan yang terhormat. Bisa menghormati orang lain, bisa menghormati dirinya sendiri. Tahu bagaimana caranya menjaga diri dan menjaga orang-orang yang dicintainya dengan benar. Anak perempuan ayah harus menjadi perempuan yang teguh dan kuat, agar apabila nanti anak perempuan ayah sudah cukup dewasa dan jatuh cinta. Anak perempuan ayah bisa segera berdiri dan bangun dari angan-angannya. Agar hatinya kuat dan tidak jatuh ke hal-hal yang turut menjatuhkan kehormatannya. Anak perempuan ayah harus menjadi perempuan yang santun dan tegas. Dua sikap yang bisa membuat anak perempuan ayah bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, juga untuk ke orang lain. Anak perempuan ayah nantinya harus tahu bagaimana mengatur pikiran dan hatinya. Jangan khawatir, ayah akan melatih itu semua. Anak perempuan ayah pun harus sekolah yang tinggi, boleh setinggi-tingginya. Biar anak perempuan ayah menjadi perempuan yang cerdas. Boleh juga pergi ke tempat jauh

Kisah Jalan-jalan di Jepang dan Sebuah Analogi

Gambar
Sekitar Agustus tahun 2017, saya, Endah, Mba Dewi, Mba Rini, Mba Fitri dan Mas Zimon diberi kesempatan untuk mengunjungi Kyushu University di Fukuoka, Jepang. Alhamdulillah, kami mendapat sebuah kesempatan yang sangat berharga untuk belajar dan mengenal lingkungan sekitar kampus. Kami di sambut oleh Sensei dan di pandu oleh beliau selama seminggu menetap disana. Beliau sangat baik, ramah dan sabar selama menemani kami. Di hari pertama, Sensei membawa kami mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan, AEON, mungkin saja ada keperluan yang perlu kami beli disana. Untuk mencapai AEON kami harus berjalan kaki menuju pemberhentian bus dan naik bus menuju stasiun kereta, karena posisi nya sangat berdekatan dengan stasiun kereta. Rasanya sangat exiciting dan menyenangkan bisa berbelanja di Jepang untuk pertama kali, hehe. Kemudian kami pulang dan dipersilahkan beristirahat. Setelah sampai di Dorm kami semua beritirahat, kecuali dua orang iseng yang diam-diam pergi untuk mencari kartu Docomo

Serba Serbi Santri Al Fahd : Ngambek!

Gambar
    Pagi itu kantor masih sepi. Ketika aku masuk hanya ada seorang santri disana, sedang berdiri di depan telpon sembari berulang-ulang memencet tombol di telpon kantor tersebut. Biasanya santri diperbolehkan memakai telpon kantor untuk menghubungi orang tua apabila ada kebutuhan mendesak, karena tidak diperkenankan membawa handphone sendiri. Atas izin dari guru pengawas tentunya.     Tumben .    Begitu pikirku. Tidak biasanya ada santri yang meminjam telpon kantor sepagi ini. Aku pun menghampiri dan menyapa nya, “Nelpon siapa, ji? Nelpon Umi ya?”. Aji, santri kami kelas 7, yang paling murah senyum, kala itu mukanya sedikit muram dan gelisah. “Iya, ustadzah” jawabnya singkat. “Ada apa, Aji sakit ya nak?” tanyaku memastikan. “Iya dzah, tolong wa Umi Aji dzah, Aji mau minta dijemput” katanya. “Ooh iya sebentar ya” balasku sambil mencari kontak wa Umi yang bersangkutan.     Kemudian, karena belum memiliki nomor Umi Aji, aku meminta nomornya dari Ustadzah Ju yang sedari tadi