Kisah Jalan-jalan di Jepang dan Sebuah Analogi


Sekitar Agustus tahun 2017, saya, Endah, Mba Dewi, Mba Rini, Mba Fitri dan Mas Zimon diberi kesempatan untuk mengunjungi Kyushu University di Fukuoka, Jepang. Alhamdulillah, kami mendapat sebuah kesempatan yang sangat berharga untuk belajar dan mengenal lingkungan sekitar kampus. Kami di sambut oleh Sensei dan di pandu oleh beliau selama seminggu menetap disana. Beliau sangat baik, ramah dan sabar selama menemani kami.

Di hari pertama, Sensei membawa kami mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan, AEON, mungkin saja ada keperluan yang perlu kami beli disana. Untuk mencapai AEON kami harus berjalan kaki menuju pemberhentian bus dan naik bus menuju stasiun kereta, karena posisi nya sangat berdekatan dengan stasiun kereta. Rasanya sangat exiciting dan menyenangkan bisa berbelanja di Jepang untuk pertama kali, hehe.

Kemudian kami pulang dan dipersilahkan beristirahat. Setelah sampai di Dorm kami semua beritirahat, kecuali dua orang iseng yang diam-diam pergi untuk mencari kartu Docomo, ya dua orang itu adalah Halimah dan Endah. Eah (panggilan Endah) butuh segera menghubungi teman nya yang sedang berkuliah di Kyudai untuk memberi sesuatu, namun kami terhalangi koneksi internet. Hingga kami mencoba mencari kartu Docomo, kartu internet prabayar.

Awalnya kami cuma berniat mencari di Family Mart atau Lawson terdekat. Namun ternyata sulit menemukan kartu Docomo ini :( Dari satu toko ke toko lain, belum juga kami temukan. Hingga kami meneruskan perjalanan mencari dan tercetuslah ide 'Kita ke AEON saja, yuk'. Dan ide selanjutnya adalah 'Kita jalan kaki saja, yuk'. Jadi lah kami berjalan kaki dari Dorm hingga stasiun kereta yang sebelumnya kami tempuh naik bus. Lumayan jauh untuk jalan kaki, untuk ukuran Halimah.

Namun siapa sangka jalan-jalan iseng kami ini ternyata menyenangkan juga, disambi melihat pemandangan kanan kiri di Jepang. Saat itu jalanan sangat sepi, hanya beberapa mobil dan motor yang lalu lalang. Dan daerah yang kami lewati lebih banyak sawah-sawah dan rerumputan. Rasanya lucu, "Hal, ini rasanya aneh banget. Berasa kayak lagi jalan-jalan di Pogung sama kamu", haha.

Hingga sampailah kami ke dekat stasiun. Disekitar sana sudah mulai banyak toko dan pusat perbelanjaan. Kami bahkan sempat salah masuk toko, ke toko 'game' yang isinya permainan-permainan dengan mesin teretentu. Tapi setelah itu betapa excited nya kami ketika menemukan toko counter Docomo, alhamdulillah. Kami buru-buru menuju toko tersebut. Kami sampai tepat disebrang jalan toko itu, namun tiba-tiba lampu merah pejalan kaki menyala. Dan disaat yang bersamaan seorang pegawai keluar toko dan menutup toko tepat di hadapan kami. Padahal, hanya berjarak sebrang jalan, dan jalan-jalan jauh kami berakhir dengan tidak mendapat kartu Docomo :(

Kemudian kami akhirnya kembali meneruskan perjalanan hingga ke AEON, belanja sekedarnya dan bertanya-tanya tentang Docomo. Namun, memang qadarullah belum menemukan sang kartu prabayar tersebut. Hingga hari pun mulai berganti gelap. Dan kami memutuskan pulang naik bus menuju Dorm. Siapa sangka di bus stop kami malah menemukan wi-fi gratis.

Sesampai nya di dorm kami bercerita tentang ke isengan kami hari ini kepada mbak-mbak kami. Dan menertawai bersama kelakuan iseng tersebut. Mbak Rini memberitahu kami, bahwa ternyata kita bisa beli paket internet internasional melalui aplikasi Traveloka. Dan ternyata memang bisa, dan jauh lebih mudah dibanding berputar-putar mencari Docomo, haha.  Kami pun memutuskan untuk patungan dan membeli paket internet bersama.

 Jadi teringat kisah bunda Siti Hajar yang mencari air untuk Nabi Ismail. Siti Hajar dan bayinya ditinggalkan oleh Nabi Ibrohim di sebuah tempat yang sangat kering. Tidak ada kehidupan dan bahkan sumber air sekalipun. Maka Siti Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putra semata wayangnya. Ada dua bukit di sana, Shofa dan Marwa. 

Dan keajaiban itu memancar. Zam zam!
Air zam zam bukan muncul dari jalan yang dia susuri di antara Shofa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Nabi Isma’il.
Begitulah, hasil tidak melulu Allah beri langsung dari ikhtiar kita.
Begitu pun analoginya, perjalan jauh Halimah dan Eah saat itu mungkin belum membuahkan hasil sesuai ikhtiarnya, namun Allah beri jalan keluar melalui jalan lain yang tidak disangka.

Dikutip dari ustadz Salim A. FIllah,
Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Mari bekerja keras seperti hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas irodah-Nya yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki.
Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga.

Ikhtiar saja.. Maka kelak Allah yang akan memberi jalan yang terbaik buat kita.

Begitu juga yang dicontohkan oleh Eah sebagai seorang teman. Dia gigih, pekerja keras juga pekerja cerdas. Selalu punya inisiatif dan ide-ide tidak terduga. Ikhtiar yang kuat telah mengahantar nya ke gerbang kehidupan selanjutnya, kini ia telah menjadi wisudawan kimia. Dan banyak yang hal baru yang akan ia hadapi kedepan nya. Tapi halimah percaya, Eah dan ikhtiar-ikhtiar nya akan terus menginspirasi teman-teman nya. Selamat berkarya di tempat yang baru Eah, kalau rindu sama Jogja jangan lupa main lagi kesini, haha.

Sekian, salam inspirasi dari Halimah :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siapa itu Ibu? Siapa itu ayah?

Kisah Menarik Pohon Ghorqod, Pohon-nya Kaum Yahudi

Sinyal Kebaikan