Postingan

Aku Paling Suka Saat Muridku...

Aku paling suka saat muridku patuh dan mengerjakan tugas dariku tanpa mengeluh. Namun aku paling bersedih saat mereka mengeluh dan menyerah pada palajaranku. Aku paling suka saat mereka bertanya dan antusias mendengar ceritaku tentang hal yang kuajarkan. Namun aku paling tidak suka saat mereka bertanya hal yang diluar konteks pembelajaran di saat yang tidak tepat. Aku paling bahagia saat mendengar mereka mengatakan “Aku ingin belajar sama Ustadzah!” “Ustadzah kapan kita bisa belajar lagi?”. Namun aku paling bersedih kalau mereka tidak antusias atau tertidur saat jam pelajaran ku. Namun, yang paling paliiing aku sukai dari muridku adalah… bukan nilai yang besar saat mereka ulangan, tapi momen-momen bahagia yang membuat ku tertawa karena tingkah polah mereka. Pernah suatu hari… aku sedang mengajar kelas 8 di gedung SMP lantai 2. Tiba-tiba, segerombol anak-anak didik ku berlarian dari kelasnya di lantai 3 kemudian mengetuk pintu kelas dan memanggilku dengan panik. “Ustadzah Ha

Setelah Menjadi Guru Aku Paham Bahwa...

Memperingati hari guru, saya jadi teringat guru-guru yang terkenang di memori semasa bersekolah... Semasa SMA dulu, saya menyewa (atau ngekos ) di rumah guru Matematika kami, Ibu Dwi namanya.  Sering kami diajari Matematika oleh beliau kalau tidak paham pelajaran di sekolah. 😊Ketika saya naik kelas 2, Ibu Dwi pensiun dari pekerjaan nya menjadi guru di sekolah kami. Namun yang saya kenang, Ibu Dwi tidak pernah menghentikan fungsi dirinya sebagai guru dimana pun beliau berada.  Dari Ibu Dwi saya belajar, untuk menjadi lebih disiplin. Kalau tidak mau kena teguran dari beliau, maka kami harus disiplin, baik itu mematikan air keran, mematikan lampu kalau tidak digunakan, dan sebagainya. Meskipun saya masih banyak ngeyel nya dahulu dan sering kena tegur karena masih sering lupa. Namun, akhirnya lama-lama jadi terbiasa mematikan lampu kalau tidak digunakan, memerhatikan keran air kalau sudah penuh. Di bangku kuliah pun saya kembali ngekos namun kali ini lokasinya di Kota Yogyakarta,

Lihatlah Orang yang Kau Cintai

"Cinta bukan hanya berdua-dua an, seperti yang kau lihat di sinetron masa kini. Lihatlah ayah ibumu yang peluh keringat untukmu, itulah cinta. Lihatlah saudara saudarimu yang penuh kasih sayang menjagamu, itulah cinta. Lihatlah kawan-kawan seperjuangan mu, yang setia menemani hidupmu, itulah cinta. Lihatlah lebih dalam,  Lihatlah orang yang kau cintai.…" Pernahkah kamu merasa, sebuah energi yang luar biasa muncul dari dirimu ketika berjuang untuk yang sangat berharga untukmu? Penahkah kamu berikhtiar sesungguh-sungguhnya disebabkan kamu tidak mau mengecewakan orang yang kamu cintai? Pernahkah kamu berdiri tegak untuk menjalankan amanah, walau sesungguhnya kamu tidak merasa sanggup, namun karena sebuah tanggung jawab kamu merasakan semangat itu mengalir dan menguatkanmu? Kalau pernah, maka selamat, telah mencicipi manisnya berjuang untuk orang yang kau cintai di hidupmu. Siapa yang tidak sayang sama bapak ibunya? Yang demi merekalah kita rela jauh-jauh menuntut

Aku Ingin Mendengar Mu ya Rabbi

- kegelisahan- "Aku tidak pernah kecewa dalam berdo'a. Saat berdo'a, saat itulah Allah mendengar kita. Tapi manakah yang lebih tinggi, saat Allah mendengar kita atau saat kita mendengar Kalimatullah? Aku ingin mendengarMu... ya Rabbi" Selalu, dalam letih, dalam sedih, dalam bahagia, dalam segala hal yang dilalui, tak pernah kosong daftar absensi untuk melaporkan nya kepada Allah, Yang Maha Memberi Kehidupan. Istilah nya, kita ini hanya dipinjami, dan besok pasti ditagih kembali. Apa yang pun yang ditakdirkan Allah untuk dilalui, harus dilaui. Kemudian bagaimana melaluinya, maka itulah pilihan. Hanya saja, Allah sudah tuliskan jalan hidup setiap anak manusia. Dan kita pasti diarahkan menuju takdir yang Allah tetapkan. Duhai, hidup ini, betapa indahnya kalau dilalui dengan mengharap hanya pada Allah. Qadarullah. Meyakini ketetapan Allah dengan seyakin yakin nya. Seorang berilmu berkata, badai yang menerjang pohon bukan untuk meruntuhkan nya, tapi untuk mengajari

Niat dan Jawaban

Kita hidup dalam kemungkinan kemungkinan. Dan tentunya tidak ada yang tahu, akan kepastian masa depan. Namun, setiap manusia diwajibkan untuk berikhtiar sebaik-baiknya. Dan Allah akan menjadi penentunya. Tidak ada yang terjadi di dalam hidup kita sekarang ini melainkan atas campur tangan Allah, yang Maha Kuasa. Terkadang, aku merasa gemas terhadap takdir Allah. Hanya kusebut keinginanku dalam hati, tiba-tiba yang kupanjatkan menjadi nyata. Mungkin memang benar kata umi, bahwa kita tidak pernah tau Qadar apa yang ditetapkan Allah untuk kita, tapi adalah kewajiban kita sebagai seorang Hamba untuk menjemput takdir baiknya. Baik lewat do’a maupun melalui ikhtiar-ikhtiar kita. Terkadang dalam sebuah titik kehidupan dan merasa Lelah aku berkata dalam batinku, “Ya Allah, kuserahkan sisanya padaMu, sungguh Engkaulah sebaik-baik perencana”. Dan sungguh, tidak pernah rasanya kecewa saat aku memberikan seluruhnya kepada Allah. Suatu hari saya pergi ke toko buku. Ternyata, ada acara beda

Sinyal Kebaikan

"Untuk Mba Halimah, Tetap semangat, meski kita belum dilihat" - K. Mubarokah, Penulis buku Muslimah Anti Baper "Untuk Halimah, Jagalah orang yang kita cintai dari ketidakmampuan kita menjaga diri" -Kurniawan Gunadi, Penulis Hujan Matahari Tidak ada nilai mutlak untuk balasan sebuah kebaikan. Kebaikan itu layaknya kotak penuh misteri, entah akan dibalas langsung oleh orang itu, atau di balas melalui kebaikan orang lain atau bahkan balasan kebaikan itu disimpan di akhirat kelak oleh Allah. Yang pasti, nama nya sebuah kebaikan akan berbalas kebaikan pula. Entah dalam bentuk apa, kapan dan dimana. Segala kebaikan bersumber dari suatu sumber yang infinite. Itulah Allah, Rabb kita Yang Maha Baik, yang kebaikan Nya tiada batasnya. Apa pun bentuk kebaikan yang kita punyai sekarang adalah dari Allah, dan disampaikan oleh Nya melalui sinyal-sinyal kebaikan dalam banyak bentuk. Mba Mubarokah berpesan untuk saya dalam sebuah catatan di buku yang ia tulis, bahwa kita harus tetap